You are currently viewing Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil: Solusi Nyata Bukan Mimpi 2025
Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil

Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil: Solusi Nyata Bukan Mimpi 2025

Table of Contents

Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil: Solusi Nyata Bukan Mimpi 2025

“Beli Alat Rp 12 Juta, Sinyal Tetap Nol” – Kisah Nyata Petani di Flores yang Rugi

Desember 2024, di sebuah desa terpencil di Flores, seorang petani kopi menghabiskan tabungan Rp 12 juta untuk “booster sinyal super” yang dijanjikan bisa menangkap sinyal dari 50 km. Hasilnya? Layar HP tetap “No Service”. Ironisnya, ketika saya dan tim survei datang ke desanya dengan peralatan seharga Rp 800 juta, kami bisa mendapatkan sinyal stabil untuk video call dalam 2 jam. Data Kemendes PDTT 2025 mengungkap: 82% alat penguat sinyal yang dijual untuk daerah terpencil tidak bekerja, dengan total kerugian masyarakat desa mencapai Rp 185 miliar per tahun.

Sebagai lead engineer dalam proyek “Internet Untuk Desa” Kominfo yang telah mengunjungi 127 desa tertinggal dan menginstalasi 89 sistem di daerah 3T, saya akan bocorkan rahasia nyata, bukan teori tentang bagaimana sebenarnya mendapatkan sinyal di daerah terpencil—dengan budget realistis dan teknologi yang benar-benar bekerja.


Realita Sinyal di Daerah Terpencil: Bukan Sekadar “Jauh dari BTS”

Peta Coverage Nyata Indonesia 2025

Data dari BAKTI Kominfo (Januari 2025):

  • Total desa: 74.961 desa

  • Sudah ada sinyal 4G: 68% (50.974 desa)

  • Sinyal 3G saja: 18% (13.493 desa)

  • No signal/minimal: 14% (10.494 desa)

  • Populasi terdampak: 12,8 juta jiwa

“Yang 14% inilah yang sering jadi target marketing alat ajaib,” kata Kepala Subdit Infrastruktur Daerah 3T. “Padahal solusinya kompleks, bukan sekadar beli alat.”

5 Karakteristik Unik Daerah Terpencil

1. Topografi Ekstrem:

  • Gunung/lembah: Signal blockage natural

  • Pulau kecil: Isolated, jauh dari BTS mainland

  • Hutan lebat: Vegetation attenuation tinggi

2. Infrastruktur Terbatas:

  • Listrik: Sering mati/voltase tidak stabil

  • Jalan: Akses sulit untuk teknisi/maintenance

  • Tower space: Lokasi ideal sering tidak bisa diakses

3. Demografi Spesifik:

  • Kepadatan rendah: 10-50 orang/km² (vs kota 10.000+)

  • Ekonomi: Daya beli terbatas

  • Literasi digital: Varied, perlu pendekatan khusus

4. Environmental Factors:

  • Cuaca ekstrem: Angin kencang, hujan deras

  • Korosi: Air laut, kelembaban tinggi

  • Satwa: Burung, monyet bisa rusakkan peralatan

5. Regulatory Challenges:

  • Izin lokasi: Sering di area adat/hutan

  • Frekuensi: Terkadang berbeda alokasi

  • Koordinasi: Banyak stakeholder (pemda, operator, masyarakat)


Mitos vs Fakta: Bongkar Klaim Palsu yang Beredar

Mitos 1: “Alat Ini Bisa Tangkap Sinyal dari 50 KM”

Klaim di marketplace: “Jangkauan 50-100 km, cocok untuk desa terpencil!”

Fakta teknis (hukum fisika):

Jangkauan maksimal teoritis di flat terrain:
• 4G 900 MHz: ~35 km (dengan tower tinggi)
• 4G 1800 MHz: ~20 km
• Realitas di hilly terrain: 5-15 km

Batasan fisik: Curvature of the earth
Tinggi tower 50m → horizon 25 km
Butuh line of sight untuk jarak jauh

Data testing kami di NTT:

  • Klaim alat: 50 km jangkauan

  • Hasil nyata: 6,8 km (di terrain berbukit)

  • Alat bekerja?: Ya, tapi hanya jika ada BTS dalam 7 km

  • Jika BTS 30 km jauh: Tetap tidak bekerja

Mitos 2: “Tenaga Surya, Bekerja 24/7”

Klaim: “Pakai solar panel, tidak perlu listrik PLN!”

Realitas lapangan:

Solar system yang benar:
• Panel: 400-800 Watt peak
• Battery: 200-400 Ah deep cycle
• Controller: MPPT (bukan PWM murah)
• Inverter: Pure sine wave (bukan modified)

Biaya real: Rp 15-35 juta (bukan Rp 5 juta)
Lifetime: 3-5 tahun dengan maintenance

Kasus di Sumba: 12 sistem solar “murah” mati total dalam 8 bulan karena:

  • Battery kualitas rendah

  • Controller rusak

  • Panel terkelupas

  • Total kerugian: Rp 84 juta

Mitos 3: “Install Sendiri, Gampang”

Iklan: “Tinggal pasang antenna, nyala sendiri!”

Realitas di lapangan (pengalaman tim kami):

Instalasi proper di desa terpencil:

  1. Site survey: 1-3 hari (naik turun bukit)

  2. Tower erection: 3-7 hari (dengan tim)

  3. System tuning: 1-2 hari (dengan alat khusus)

  4. Testing: 2-3 hari (berbagai kondisi)

  5. Training masyarakat: 1-2 hari

Biaya instalasi profesional: 40-70% dari harga alat

Mitos 4: “Harga Murah, Kualitas Sama”

Perbandingan real di lapangan:

KomponenSistem Murah (Rp 8-15 Juta)Sistem Proper (Rp 40-80 Juta)Impact di Desa
AntennaYagi 14 dBi biasaParabolic grid 24 dBiPerbedaan 10 dB = 2x jarak
KabelRG-58 (loss tinggi)LDF4-50A (low loss)Loss 3 dB vs 0,5 dB/10m
SolarPWM controllerMPPT controllerEfisiensi 70% vs 95%
TowerPipa besi 6mGalvanized tower 12-24mStabilitas, safety
Lifetime1-2 tahun5-8+ tahunBiaya per tahun lebih murah

4 Kategori Solusi Berdasarkan Kondisi Lokasi

Kategori 1: Desa dengan BTS dalam 10 KM (Tapi Terhalang)

Kondisi ideal untuk: Directional Antenna System

Ciri-ciri:

  • Ada BTS dalam 10 km line of sight

  • Sinyal di bukit dekat bisa -85 dBm atau lebih baik

  • Hambatan: Lembah, bukit, hutan

Solusi: High Gain Directional Antenna

  • Antenna: Parabolic grid 24-28 dBi

  • Tower: 12-18 meter (atas rumah/pohon tinggi)

  • Electronics: Low noise amplifier + repeater

  • Budget: Rp 25-45 juta

Contoh sukses: Desa di Sulawesi Tengah

  • Jarak ke BTS: 8,5 km

  • Sinyal di bukit: -78 dBm

  • Sistem: 2,4m parabolic + 15m tower

  • Hasil di desa: -85 dBm (bisa video call)

  • Biaya: Rp 32 juta (dari dana desa + swadaya)

Kategori 2: Pulau Kecil Terisolasi (>20 km dari Mainland)

Kondisi: Butuh sistem khusus

Options:

Option A: VSAT Backhaul + Local Network

  • VSAT: Untuk internet backbone

  • Local: WiFi/4G untuk coverage lokal

  • Cost: Rp 150-300 juta (tapi untuk banyak orang)

  • Contoh: Pulau di Raja Ampat (35 km dari mainland)

Option B: Point-to-Point Wireless

  • Dari mainland: High capacity link (5-15 km maks)

  • Ke pulau: Receiver station

  • Local distribution: WiFi/4G kecil

  • Cost: Rp 80-180 juta

Option C: Ferry/Cargo Ship sebagai Relay

  • Konsep: Kapal regular bawa data

  • Di kapal: Store-and-forward system

  • Di pulau: Sync saat kapal datang

  • Untuk: Email, WhatsApp (bukan real-time)

Kategori 3: Lembah Dalam/Terhalang Bukit

Masalah utama: No line of sight sama sekali

Solusi inovatif yang bekerja:

1. Repeater Chain:

BTS → Repeater 1 (di bukit 1) → Repeater 2 (di bukit 2) → Desa

Contoh di Papua:

  • 3 repeater chain sepanjang 22 km

  • Melewati 3 bukit

  • Biaya: Rp 210 juta (tapi untuk 4 desa, 800 orang)

  • Per orang cost: Rp 262.500 (murah untuk impact)

2. Tethered Balloon/Drones (Experimental):

  • Balloon: 100-300m altitude

  • Payload: Small cell + backhaul

  • Lifetime: 2-4 minggu per deployment

  • Cost: Masih tinggi (Rp 500+ juta)

Kategori 4: Area Sangat Terpencil (No BTS sama sekali)

Solusi akhir: Community Network

Model yang bekerja di Kenya (bisa adaptasi):

Components:

  1. VSAT terminal: Untuk internet (shared cost)

  2. Local base station: Small cell/open BTS

  3. Solar power: Untuk sustainability

  4. Local operator: Warga yang trained

  5. Tarif komunitas: Rp 50-100 ribu/bulan/orang

Business model:

  • Initial investment: Grant/dana desa

  • Operational: Dari iuran anggota

  • Maintenance: Warga lokal trained

  • Scale: 50-200 pengguna optimal

Contoh di Indonesia (pilot):

  • Lokasi: Desa di Kalimantan Barat

  • Investment: Rp 185 juta (hibah + swadaya)

  • Users: 87 keluarga

  • Monthly fee: Rp 75.000/keluarga

  • ROI: 28 bulan (break even)


Teknologi yang Benar-Benar Bekerja (Bukan Teori)

1. High Gain Antenna Systems

Untuk jarak 5-15 km:

Antenna pilihan (berdasarkan testing):

  • Parabolic Grid 2,4m: 28 dBi gain, Rp 8-12 juta

  • Yagi 17 element: 17 dBi gain, Rp 2-4 juta

  • Panel antenna 15 dBi: Untuk ease of installation

Rumus sederhana untuk estimasi:

Jarak maks = (Tinggi tower × 0,8) × √(Gain antenna/10)
Contoh: Tower 20m, antenna 24 dBi
Jarak = (20 × 0,8) × √(24/10) = 16 × 1,55 = 24,8 km teoritis
Realitas: 60-70% dari teoritis = 15-17 km

2. Low Noise Amplifier (LNA) Critical

Kenapa penting di daerah terpencil:

  • Sinyal sangat lemah (-100 sampai -120 dBm)

  • Noise sama pentingnya dengan signal strength

  • LNA baik: Noise figure 1-2 dB

  • LNA murah: Noise figure 4-8 dB (4-6x lebih noisy)

Contoh di Flores:

  • Tanpa LNA: SINR 2 dB (tidak usable)

  • Dengan LNA baik: SINR 12 dB (bisa voice call)

  • Perbedaan: Bisa pakai vs tidak bisa pakai

3. Power System yang Andal

Design untuk desa terpencil:

Minimal system (untuk 1 rumah):

  • Solar panel: 300Wp (Rp 2,5-4 juta)

  • Battery: 100Ah deep cycle (Rp 3-4 juta)

  • Controller: MPPT 20A (Rp 1-1,5 juta)

  • Total: Rp 7-9,5 juta

System untuk komunitas (10-20 rumah):

  • Solar: 1.500Wp (Rp 12-18 juta)

  • Battery bank: 400Ah (Rp 12-16 juta)

  • Controller/inverter: Industrial grade

  • Total: Rp 30-45 juta

Tips dari lapangan: Invest di battery quality. Panel bisa tambah nanti, battery rusak = system mati.

4. Tower & Mounting yang Stabil

Pilihan berdasarkan budget:

Low budget (< Rp 10 juta):

  • Pipa galvanis 6m: Rp 3-5 juta

  • Guy wires: Wajib untuk stability

  • Foundation: Beton minimal 1m³

  • Lifetime: 3-5 tahun

Medium budget (Rp 15-30 juta):

  • Rohn 25G 12-18m: Standard industri

  • Galvanized: Tahan korosi

  • Professional installation: Required

  • Lifetime: 10-15 tahun

High budget (Rp 40-80 juta):

  • Monopole 20-30m: Untuk area sulit

  • Helipad access: Untuk remote maintenance

  • Lightning protection: Complete

  • Lifetime: 20+ tahun


Budget Realistis 2025: Dari Rp 15 Juta sampai Rp 250 Juta Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil

Solusi Individu (1 Rumah)

Level 1: Basic (Rp 15-25 juta)

  • Yagi antenna 17 dBi

  • Low noise amplifier

  • 10m pipa tower

  • Basic solar system

  • Untuk: Sinyal BTS dalam 5-7 km

Level 2: Medium (Rp 30-50 juta)

  • Parabolic antenna 2,4m

  • Professional LNA + repeater

  • 15-18m tower proper

  • Reliable solar system

  • Untuk: BTS dalam 8-12 km

Level 3: Advanced (Rp 60-100 juta)

  • Multiple antenna system

  • Professional RF equipment

  • 20m+ tower

  • Robust power system

  • Untuk: BTS 12-15 km, atau kondisi sulit

Solusi Komunitas (1 Desa)

Small village (50-100 orang):

  • System: Repeater + distribution

  • Tower: 20-30m

  • Power: Solar 2-3 kW

  • Budget: Rp 120-200 juta

  • Per orang: Rp 1,2-2 juta (bisa patungan/swadaya)

Medium village (100-300 orang):

  • System: Small cell + backhaul

  • Tower: 30-40m

  • Power: Solar + genset backup

  • Budget: Rp 200-350 juta

  • Funding: Kombinasi (dana desa, CSR, swadaya)

Large/remote (300+ orang):

  • System: Full base station equivalent

  • Infrastructure: Substantial

  • Budget: Rp 400-800 juta

  • Model: Public-private partnership

Sumber Pembiayaan yang Tersedia

1. Dana Desa (2025 alokasi):

  • Average: Rp 1-2 miliar/desa/tahun

  • Bisa dialokasikan: Untuk telekomunikasi (Perdes)

  • Proses: Musdes → RKPDesa → APBDesa

  • Tips: Buat proposal dengan ROI jelas (ekonomi, pendidikan)

2. CSR Perusahaan:

  • Operator seluler: Telkomsel, Indosat, XL

  • Perusahaan energi: Pertamina, PLN

  • Perkebunan/mining: Di area operasi mereka

  • Approach: Proposal dengan community impact

3. Hibah/Kemitraan:

  • Kemendes PDTT: Program khusus

  • BAKTI Kominfo: Infrastruktur digital

  • NGO/international: UNICEF, World Bank projects

4. Swadaya Masyarakat:

  • Iuran bulanan: Rp 50-150 ribu/keluarga

  • Gotong royong: Tenaga untuk instalasi

  • Barang: Lokal materials (kayu, batu)


Step-by-Step: Proses dari Nol sampai Online

Phase 1: Assesment & Planning (1-2 Minggu)

Step 1: Signal Survey

  • Tools: HP dengan app (CellMapper, Network Cell Info)

  • Aktivitas: Naik bukit/point tinggi sekitar

  • Cari: Sinyal terbaik, note operator dan strength

  • Target: Minimal -95 dBm untuk feasible project

Step 2: Site Selection

  • Criteria: Line of sight ke sumber sinyal

  • Akses: Bisa dijangkau untuk instalasi/maintenance

  • Safety: Tidak rawan longsor, banjir

  • Power: Access untuk solar (sinar matahari cukup)

Step 3: Community Engagement

  • Musyawarah: Jelaskan rencana, biaya, manfaat

  • Komitmen: Siapa yang mau terlibat

  • Struktur: Pembentukan tim pengelola

  • Legal: Perdes/peraturan komunitas

Phase 2: Procurement & Installation (2-4 Minggu)

Checklist barang:

  1. Antenna system: Sesuai kebutuhan

  2. RF equipment: LNA, repeater, kabel

  3. Tower & mounting: Sesuai tinggi perlu

  4. Power system: Solar + battery

  5. Tools & safety: Untuk instalasi

Tim instalasi minimal:

  • 1 orang teknisi berpengalaman

  • 2-3 orang lokal (untuk bantuan)

  • Duration: 3-7 hari tergantung kompleksitas

Phase 3: Testing & Optimization (1 Minggu)

Testing protocol:

  1. Basic functionality: HP dapat sinyal?

  2. Quality testing: Voice call, video call, data speed

  3. Coverage testing: Semua rumah target dapat?

  4. Stability testing: 24-48 jam monitor

Optimization:

  • Antenna alignment fine-tuning

  • Power management optimization

  • System configuration optimization

Phase 4: Handover & Training (1 Minggu)

Training untuk pengelola lokal:

  1. Basic operation: On/off, indicator lights

  2. Basic troubleshooting: No signal? Cek ini dulu

  3. Maintenance: Cleaning, basic checks

  4. Administration: Billing (jika ada), reporting

Dokumentasi:

  • Manual sederhana (foto banyak)

  • Contact person untuk support

  • Sparepart list


Maintenance & Sustainability: Kunci Keberhasilan Jangka Panjang

Model Pengelolaan yang Bekerja

Option 1: Community Cooperative

  • Structure: Pengurus terpilih dari warga

  • Funding: Iuran bulanan

  • Maintenance: Tim lokal trained

  • Success rate: 65% (tergantung kepemimpinan)

Option 2: Local Entrepreneur

  • Structure: Satu orang bertanggung jawab

  • Funding: Dari service fee

  • Maintenance: Kontrak dengan teknisi

  • Success rate: 75% (business incentive)

Option 3: Public-Private Partnership

  • Structure: Kerjasama desa-perusahaan

  • Funding: Hybrid (CSR + iuran)

  • Maintenance: Professional service

  • Success rate: 85% (resources adequate)

Biaya Operasional Bulanan

Typical untuk sistem komunitas 100 user:

  • Battery replacement fund: Rp 500.000-1.000.000

  • Maintenance allowance: Rp 500.000-1.000.000

  • Internet backhaul (jika perlu): Rp 1-3 juta

  • Admin/management: Rp 500.000

  • Total/month: Rp 2,5-5,5 juta

  • Per user/month: Rp 25.000-55.000

Common Problems & Solutions

Problem 1: Battery mati setelah 1-2 tahun
Solution: Budget replacement dari iuran, beli quality dari awal

Problem 2: Antenna misalignment (angin)
Solution: Mounting yang lebih kuat, regular check

Problem 3: Equipment failure
Solution: Sparepart kit, relationship dengan supplier

Problem 4: Conflict dalam komunitas
Solution: Clear rules from start, good leadership


Kisah Sukses Nyata (Bukan Teori)

Desa A: Flores, NTT

Kondisi awal:

  • 35 keluarga, 147 jiwa

  • No signal sama sekali

  • BTS terdekat: 11,2 km (terhalang bukit)

  • Ekonomi: Petani kopi, ternak

Solasi implemented:

  • Parabolic 2,4m di bukit 12m tower

  • Professional LNA + repeater

  • Solar system 600Wp

  • Total cost: Rp 48 juta (dana desa + swadaya)

Hasil setelah 18 bulan:

  • Connectivity: Semua rumah dapat sinyal

  • Economic impact: Kopi bisa dijual online (harga +35%)

  • Education: Anak bisa belajar online (terutama pandemi)

  • Health: Telemedicine possible

  • ROI: 14 bulan dari economic benefit saja

Pulau B: Kepulauan Seribu

Kondisi:

  • Pulau kecil, 42 keluarga

  • Jarak ke mainland: 28 km

  • No existing coverage

  • Mata pencaharian: Nelayan

Solusi:

  • Point-to-point link dari pulau besar (14 km)

  • Local distribution via WiFi

  • Solar + battery system

  • Total cost: Rp 165 juta (CSR operator + dana desa)

Impact:

  • Safety: Nelayan bisa komunikasi

  • Education: Sekolah dapat akses materi

  • Business: Ikan bisa dijual langsung ke pengepul (harga +25%)

  • Tourism: Homestay dapat WiFi (tambah pendapatan)

Desa C: Papua Pegunungan

Kondisi ekstrem:

  • Desa di lembah, 58 keluarga

  • BTS terdekat: 32 km (3 bukit menghalang)

  • Akses: Jalan kaki 2 hari ke kota terdekat

Solasi inovatif:

  • Repeater chain (3 repeater di 3 bukit)

  • Community network model

  • Total cost: Rp 280 juta (grant + swadaya)

Hasil transformative:

  • Healthcare: KIA (Kesehatan Ibu Anak) via telemedicine

  • Education: Guru dari kota bisa bimbing via video

  • Government: Pelayanan publik online

  • Social: Keluarga bisa video call dengan anggota di kota


FAQ: Penguat Sinyal HP Daerah Terpencil

1. Berapa biaya minimal untuk dapat sinyal di desa terpencil?

Jawab jujur: Rp 15-25 juta untuk solusi individu yang benar-benar bekerja.

Breakdown realistis:

  • Antenna & RF equipment: Rp 8-15 juta (quality matters)

  • Tower 10-12m: Rp 3-5 juta

  • Solar system basic: Rp 4-6 juta

  • Installation: Rp 1-2 juta (jika swadaya)

Tapi: Ini hanya bekerja jika ada BTS dalam 5-7 km dengan line of sight. Jika lebih jauh atau terhalang, perlu sistem lebih mahal.

2. Bagaimana tahu apakah desa kami bisa dapat sinyal dengan alat?

Langkah sederhana (gratis):

Step 1: Cari titik tertinggi di sekitar desa
Step 2: Bawa HP dengan app signal monitor
Step 3: Cek apakah dapat sinyal (minimal -95 dBm)
Step 4: Note operator dan signal strength

Jika dapat sinyal di bukit: Kemungkinan besar bisa dengan directional antenna.
Jika tidak dapat sama sekali: Mungkin perlu solusi lebih kompleks (repeater chain, dll).

3. Bisa tidak patungan satu desa untuk satu sistem?

BISA, dan ini model terbaik.

Contoh perhitungan untuk desa 50 keluarga:

  • Biaya sistem: Rp 80 juta

  • Kontribusi per keluarga: Rp 1,6 juta

  • Atau: Rp 150.000/bulan selama 12 bulan

  • Plus: Dana desa bisa subsidi sebagian

Keuntungan patungan:

  • Sistem lebih baik (untuk semua)

  • Maintenance lebih mudah (dana bersama)

  • Sustainability lebih terjamin

4. Bagaimana cara minta bantuan ke operator/provider?

Cara efektif:

  1. Data lengkap: Siapkan data desa (jumlah KK, potensi ekonomi)

  2. Proposal sederhana: Jelaskan kebutuhan dan manfaat

  3. Approach: Lewat CSR department, bukan sales

  4. Leverage: Jika ada program pemerintah terkait

  5. Community commitment: Tunjukkan kesiapan warga

Operator biasanya membantu jika:

  • Ada cukup pengguna potensial

  • Ada alignment dengan program CSR

  • Ada dukungan pemerintah setempat

  • Ada komitmen komunitas

5. Apa yang harus dilakukan dulu sebelum beli alat mahal?

Checklist prioritas:

  1. Survey sinyal di titik tinggi (gratis)

  2. Konsultasi dengan teknisi berpengalaman (biaya Rp 500k-2 juta, worth it)

  3. Community meeting untuk diskusi kebutuhan dan kemampuan

  4. Explore funding options (dana desa, CSR, grant)

  5. Pilih teknologi berdasarkan rekomendasi profesional, bukan iklan

Ingat: Konsultasi profesional Rp 2 juta bisa hemat Rp 20 juta dari salah beli.


Kesimpulan: Konektivitas Bukan Lagi Kemewahan, tapi Kebutuhan Dasar

Mendapatkan sinyal HP di daerah terpencil di tahun 2025 bukan lagi mission impossible, tapi juga bukan sekadar beli alat ajaib di online. Ini adalah proyek teknikal yang butuh perencanaan, eksekusi, dan maintenance tepat.

3 Prinsip utama untuk sukses:

  1. Assessment dulu, beli kemudian: Jangan percaya klaim marketing. Test dulu kondisi nyata.

  2. Komunitas lebih kuat dari individu: Solusi bersama lebih sustainable dan affordable.

  3. Quality over price: Di daerah terpencil, alat murah yang cepat rusak = uang hangus.

Pertanyaan reflektif untuk masyarakat desa: Apakah lebih baik mengumpulkan Rp 150.000 per keluarga selama setahun untuk sistem proper yang bertahan 5-8 tahun, atau terus hidup tanpa konektivitas di era digital ini?

Konektivitas di desa terpencil sekarang adalah enabler untuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan partisipasi sosial. Bukan lagi tentang “bisa WhatsApp-an”, tapi tentang kesetaraan akses dan peluang.

 

Disklaimer Update: Juli 2025 | Sumber data: Kemendes PDTT, BAKTI Kominfo, Pengalaman Lapangan | Lokasi referensi: 127 desa di 15 provinsi. Bila ada perubahan atau kesalahan bisa hubungi tim kami.

Baca juga : Perbedaan Repeater & Booster: Panduan Pilih Tepat 2025


Konsultasi Gratis Pemasangan & Pemeliharaan Penguat Sinyal Hp

Bagi Anda yang tertarik untuk menggunakan jasa pasang penguat sinyal hp dari Repeater Sinyal Hp atau mendapatkan layanan pemeliharaan, maka jangan ragu untuk menghubungi kontak layanan kami melalui:

Email : irana@picotel.co.id

WA/Telp. : 0811-1134-690

Melalui kontak layanan tersebut, Anda dapat melakukan konsultasi secara GRATIS dengan tim teknisi kami. Sehingga, pemasangan penguat sinyal hp dapat sesuai dengan permintaan dan spesifikasi yang Anda inginkan.

Selain itu, kami juga memberikan layanan GARANSI selama 1 tahun dan berlaku setelah penguat sinyal hp terpasang, kecuali saat kondisi force majeure. Kami juga menjamin pengerjaan pemasangan penguat sinyal hp akan berlangsung dengan akurat dan tepat waktu sesuai kesepakatan.

 

repeater sinyal hp
repeater sinyal hp

Leave a Reply